ZOROASTRIANISME, Mayat Penganutnya Digeletakkan di Menara (1)




Agama Jain (Jainisme), merupakan agama yang unik. Mungkin satu-satunya agama yang Atheis di dunia. Zoroastrianisme juga unik, bukan dalam hal teologinya, tetapi pada upacara kematian dari penganutnya. Mayat menurut mereka adalah kotor, karena itu tidak boleh ditanam karena akan mengotori bumi dan juga tidak boleh dibakar karena akan mengotori api (secara spiritual). Jalan keluarnya adalah mayat ditaruh diatas menara dan dibiarkan dimakan oleh burung pemakan bangkai. Konon dalan setengah sampai satu jam dagingnya akan habis dimakan oleh burung pemakan bangkai. Kalau mayat yang tidak dikuburkan,  di tanah air juga bisa dijumpai. Di Toraja mayat ditaruh di dalam lubang goa, sedangkan di Trunyan, Bali, mayat ditaruh diatas tanah. Agar mayat tidak diganggu oleh binatang, disekeliling mayat dipasang penghalang dari bambu. Ingin lihat ?. Datang saja ke Trunyan, Bali ……
Zoroastrianisme adalah sebuah agama yang ajaran filosofinya didasari oleh ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster. Di IIran Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Mazdayasna yaitu kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau “Tuhan yang Bijaksana”.  Zarathustra yang merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran yang berkembang di Iran pada waktu itu berusaha membawa pembaruan. Oleh sebab itu, oleh para ahli ia kemudian hari dianggap sebagai salah satu tokoh pembaru agama tradisional. Agama ini membawa konsep monoteisme.


Zoroaster
Munculnya Zoroastrianisme
Zarathustra atau Zoroaster adalah pelopor berdirinya Zoroastrianisme di Iran (Persia).  Ia hidup sekitar abad ke 6 SM .Zarathustra berasal dari keturunan suku Media . Ia adalah seorang imam yang dididik dalam tradisi Indo-Iran. Agama ini membawa konsep monoteisme. Oleh sebab itu, oleh para ahli ia kemudian dianggap sebagai salah satu tokoh pembaru agama tradisional. Sebelum Zarathustra lahir, agama yang ada di Iran bersumber pada macam-macam ajaran, seperti politheisma, paganisme dan animisme. Zarathustra dikenal sebagai nabi  yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup melakukan berbagai mujizat. Selama bertahun-tahun ia berusaha menemukan penyingkapan-penyingkapan dari kebenaran spiritual. Zarathustra ingin memperbaiki sistem kepercayaan dan cara penyembahan kepada dewa-dewa yang berkembang di Iran  saat itu. Pada usia tiga puluh tahun, Zarathustra menerima sebuah penglihatan. Menurut legenda, ia melihat cahaya besar yang kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda. Sejak perjumpaannya dengan Ahura Mazda, Zarathustra menjadi semakin giat menyebarkan ajaran bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Ahura Mazda. Ajarannya yang sangat berbeda dengan kepercayaan yang ada pada waktu itu menyebabkan Zarathustra mendapat tekanan.
Agama itu bermula tumbuh di dalam wilayah Azarbaijan sebelah utara Iran.Oleh karena mendapat tantangan dari bangsanya,  maka Zarathustra  pindah menuju Balkh, ibukota wilayah Baktria di Asia Tengah. Di depan balai kerajaan raja Kavi Vishtaspa, dalam suatu dialog agama, Zoroaster berhasil menundukkan dan mengalahkan kaum Majus (Magians) hingga raja beserta seluruh keluarganya memeluk agama Zarathustra dan mengumumkannya sebagai agama resmi didalam wilayah Bakhtria
Pada tahun 618 SM Raja Chorasma yaitu Vitaspa dan menterinya Yasasp yang menikahi Pauron Chista kemudian menjadi penganut Zoroastrianisme.  Barulah Zoroastrianisme mengalami perkembangan dan semakin bertambah banyak yang menjadi pengikutnya. Zarathustra meninggal di usia 77 tahun.
Raja Vishtaspa itu, yang dalam literature di Barat dikenal dengan Kings Hystaspes, berasal dari keluarga Hakkham.Seorang cucunya yaitu Cyrus the Great (559-529 SM) berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil diseluruh wilayah Iran dan membangun sebuah Imperium Parsi yang dikenal dngan dinasti Hakkham (600-331 SM), dan dunia barat mengenalnya dengan dinasti Achaemenids/Akhemeniyah. Ibukotanya dipindahkan dari Balkh ke kota Sussa di sebelah timur sungai Tigris, kemudian ke Persepolis (Istakhri).
Setelah raja-raja Achaemenid/akhemenia itu pertumbuhan kekuasaannya sampai pada masa tumbangnya terbagi atas 3  tahap masa, yaitu:
  1. Masa 600-550 sebelum masehi, yaitu dalam masa 150 tahun merupakan masa pertumbuhan kekuasaan dan pengembangan agama Zarathustra.
  2. Masa 550-486 sebelum masehi, yaitu dalam masa 65 tahun merupakan masa perluasan kekuasaan dan perluasan pengaruh agama Zarathustra.
  3. Masa 486-331 sebelum masehi, yaitu dalam masa 156 tahun merupakan masa sengketa yang terus menerus dengan pihak Grik.

Raja-raja dari dinasti Achaemenids/Akhemenia adalah penganut agama Zarathustra sampai kepada raja Darius III (363-331 SM). Pada masa inilah imperium Parsi itu ditaklukkan oleh Alexander the Great (356-323SM) dari Macedonia dan lalu berlangsung Hellenisasi yang intensif diseluruh wilayah Iran.
Di dalam wilayah yang luas ini berlangsung Hellenisasi, pemaksaan akan kebudayaan Grik, mithologi Grik, serta Filsafat Grik, dan di anak benua India mereka meninggalkan jejaknya berupa seni pahat patung. Dengan berlangsungnya Hellenisasi sekitar 5 abad lamanya di wilayah Iran, dibawah dinasti Seleucids/seleukus (248-226 SM) maka bahasa Iran tua pun lenyap dari pergaulan sehari-hari digantikan oleh bahasa Pahlevi tua, yaitu perpaduan antara bahasa Grik dan bahasa Iran. Sementara itu mithologi Grik yang memuja Dewa Zeus yang melambangkan Dewa Matahari, beserta pemujaan dewa lainnya, lantas diserap oleh masyarakat seluruhnya hingga agama Zarathustra yang aslinya menganut Monotheism itu bergantikan aliran-aliran Mazdisme, dan Manichaenisme.

Aliran-aliran itu berkembang dan menjadi panutan rakyat pada umumnya dari abad ke abad sampai kepada masa pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan nasional Iran kembali, yaitu dibawah dinasti Sassanids (226-641 M).Diantara aliran-aliran yang paling berpengaruh bagi agama ini adalah Mazdaism yang lambat laun dikenal sebagai agama Majusi karena upacara-upacara kebaktian dilaksanakan melalaui para pendeta kuil yang disebut dengan kaum Majus (Magians). Pada tahun 641 M, yaitu pada masa pemerintahan Koshru Yesdegird III (634-641 M), kekuasaan Sassanids/Sassania di Iran ditumbangkan oleh kekuasaan Islam yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M). Dan itulah perkembangan terakhir dari agama Zarathustra sepanjang sejarahnya selama 12 abad lamanya, lantas terdesak oleh pengaruh agama Islam di  Iran. Zoroastrianisme tidak menekankan pentingnya konversi. Mereka berusaha mempertahankan agamanya sebagai agama yang khas dalam komunitas mereka. Akan tetapi, mereka tetap membuka peluang bagi siapa saja yang hendak menjadi penganut Zoroastrianisme. Sepanjang abad 20 , banyak orang-orang penganut Zoroastrianisme yang menetap diIran  dan India  melakukan migrasi ke negara-negara lain. Kini, komunitas Zoroastrianisme dapat ditemukan di kota-kota besar seperti London, New York, Chicago, Boston, dan Los Angeles dan telah hidup berbaur dengan komunitas-komunitas beragama lain

Artikel selanjutnya :
Menjelang akhir zaman akan turun 3 juru selamat yaitu: Aushedar,  Aushedar-mah, Dan  Shayoshant. Kitab suci  Zoroaster : Avesta  dibagi menjadi Khurda Avesta dan Kalan Avesta yang juga dikenal dengan Zend atau Maha-Zend. serta Dasatir dibagi  menjadi 2 bagian ……… Zoroastrianisme menganggap mayat  tidak suci dan harus dihancurkan secepat mungkin, ia tidak boleh disentuh oleh 4 elemen suci : air, udara, bumi dan api. Dan  tidak diizinkan dikubur atau dibakar. ………. Pada saat kelahiran bayi itu kepala kaum Majus di tanah Iran bernama Durashan mendadak gemetar ketakutan amat sangat dan beroleh firasat bahwa seorang bayi baru telah lahir kedunia yang kelak akan menghancurkan agama Majusi beserta pemujaaan berhala dan akan memusnahkan kaum Majus dari permukaan bumi. …………………

BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI :

(Dari Berbagai Sumber)

Belum ada Komentar untuk "ZOROASTRIANISME, Mayat Penganutnya Digeletakkan di Menara (1)"

Posting Komentar

Add