KEJAWEN, ALIRAN, PUSTAKA SUCI DAN HARI RAYA

 SEKTE/ALIRAN

Terdapat ratusan aliran Kejawen dengan penekanan ajaran yang berbeda-beda. Beberapa jelas-jelas sinkretik, yang lainnya bersifat reaktif terhadap ajaran agama tertentu. Namun biasanya ajaran yang banyak anggotanya lebih menekankan pada cara mencapai keseimbangan hidup dan tidak melarang anggotanya mempraktekkan ajaran agama (lain) tertentu.

Beberapa aliran dengan anggota besar

  1. Agama Jawa Asli Republik Indonesia
  2. Ajaran Sabdo Palon
  3. Ajaran Samin (yang menentang kapitalisme dan kolonialisme melalui cara spiritual dan perubahan tingkah laku).
  4. Aliran Kebatinan Perjalanan
  5. Ilmu Sejati Prawira Sudarsa
  6. Indhuk Warga Kawruh Utama
  7. Kapercayan Budi Daya
  8. Kawula Warga Naluri
  9. Kejawen Kejayan Trimurti
  10. Maneges
  11. Ngèlmu Beja-Mulur Mungkret
  12. Padepokan Cakrakembang
  13. Paguyuban Pambuka Das Sanga
  14. Paguyuban Patuladhan Jiwa Jawa
  15. Paguyuban Sangkan Paraning Dumadi Sri Jayabaya
  16. Paguyuban Satriya Mangun Mardika Dunungé Urip
  17. Paguyuban Sumarah        
  18. Pran-Suh
  19. Sapto Darmo
  20. Susila Budi Dharma (Subud)
  21. Urip Sejati. 
  22. Ajaran  Syekh Siti Jenar (juga bersifat sinkretik), 
  23. Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu)

Seandainya semua aliran diatas ini bisa menyatukan konsep dalam  memahami Kejawen, tentu akan sangat baik sekali, sehingga bagi anggota masyarakat yang ingin mempelajari Kejawen, ada panduan yang dapat diikuti langkah demi langkah.

      

PAGUYUBAN SAPTO DARMO

Aliran yang bersifat reaktif misalnya aliran yang mengikuti ajaran Sabdopalon  atau penghayat ajaran Syekh Siti Jenar yang ingin mengembalikan agama Orang Jawa kembali ke Agama Buda yang dianggap sebagai agama asli menurut Sabdapalon, atau penghayat ajaran Syekh Siti Jenar yang merupakan ajaran/ Aliran Islam yang  telah ditetapkan sesat oleh Wali Sanga. Sapto Darmo —salah satu aliran besar Kejawen— pertama kali dicetuskan oleh Hardjosapuro dan selanjutnya dia ajarkan hingga meninggalnya, 16 Desember 1964. Nama Sapto Darmo diambil dari bahasa Jawa; sapto artinya tujuh dan darmo artinya kewajiban suci. Jadi, Sapto Darmo artinya tujuh kewajiban suci. Sekarang aliran ini banyak berkembang di Yogya dan Jawa Tengah, bahkan sampai ke luar Jawa. . Sekarang aliran ini banyak berkembang di Yogya dan Jawa Tengah, bahkan sampai ke luar Jawa. Aliran ini mempunyai pasukan dakwah yang dinamakan Korps Penyebar Sapto Darmo, yang dalam dakwahnya sering dipimpin oleh ketuanya sendiri (Sri Pawenang) yang bergelar Juru Bicara Tuntunan Agung. Kitab suci penganut Sapto Darmo adalah yang diusahakan oleh Bopo Panuntun Gutama, yang tidak lain adalah pendirinya itu sendiri, Hardjosapuro. Menurut pandangan mereka, kitab ini berasal dari kumpulan ‘wahyu’ dari Tuhan yang memiliki sifat Pancasila Allah. Konsep ibadah dalam Sapto Darmo tercermin pada ajaran mereka tentang “Sujud Dasar”. Sujud Dasar terdiri dari tiga kali sujud menghadap ke Timur. Sikap duduk dengan kepala ditundukkan sampai ke tanah, mengikuti gerak naik sperma yakni dari tulang tungging ke ubun-ubun melalui tulang belakang, kemudian turun kembali. Amalan seperti itu dilakukan sebanyak tiga kali. Konsep alam dalam pandangan Sapto Darmo adalah meliputi 3 alam:

EVOLUSI ROH, Klik di Sini

  1. Alam Wajar yaitu alam dunia sekarang ini.
  2. Alam Abadi yaitu alam langgeng atau alam kasuwargaan.
  3. Alam Halus yaitu alam tempat roh-roh yang gentayangan (berkeliaran) karena tidak sanggup langsung menuju alam keswargaan. Roh-roh tersebut berasal dari manusia yang selama hidup di dunia banyak berdosa.

Sebagai hasil dari amalan Sujud Dasar, mereka meyakini dapat menyatu dengan Tuhan dan dapat menerima wahyu tentang hal-hal ghaib. Racut adalah ajaran dan praktek dalam Sapto Darmo yang intinya adalah usaha untuk memisahkan rasa, fikiran, atau roh dari jasad tubuhnya untuk menghadap Tuhan, kemudian setelah tujuan yang diinginkan selesai lalu kembali ke tubuh asalnya (Ngerogo Sukmo).

 

PUSTAKA SUCI

Kejawen tidak memiliki Kitab Suci. Beberapa kitab yang dimiliki oleh Kejawen adalah Kakawin, Babad, Serat, Suluk, Kidungan, dan Primbon, yang memuat mengenai Tata Krama (Aturan Hidup Yang Luhur) untuk membentuk orang Jawa yang hanjawani (memiliki akhlak terpuji),. hal-hal tersebut terutama banyak tertuang dalam karya tulis sebagai berikut :

  1. Kakawin (Sastra Kuno) - merupakan kitab sastra metrum kuno (lama) berisi wejangan (nasihat) berupa ajaran yang tersirat dalam kisah perjalanan yang berjumlah 5 kitab, ditulis menggunakan Aksara Jawa Kuno dan Bahasa Jawa Kuno
  2. Babad (Sejarah-Sejarah) - merupakan kitab yang menceritakan sejarah nusantara berjumlah lebih dari 15 kitab, ditulis menggunakan Aksara Jawa Kuno dan Bahasa Jawa Kuno serta Aksara Jawa dan Bahasa  Jawa
  3. Serat (Sastra Baru) - merupakan kitab sastra metrum anyar (baru) berisi wejangan (nasihat) berupa ajaran yang tersirat dalam kisah perjalanan yang terdiri lebih dari 82 kitab, ditulis menggunakan Aksara Jawa dan Bahasa  Jawa beberapa ditulis menggunakan Huruf Pegon
  4. Suluk (Jalan Sepiritual) - merupakan kitab tata cara menempuh jalan supranatural untuk membentuk pribadi hanjawani yang luhur dan dipercaya siapa saja yang mengalami kesempurnaan akan memperoleh kekuatan supranatural yang berjumlah lebih dari 35 kitab, ditulis menggunakan Aksara Jawa dan Bahasa Jawa beberapa ditulis menggunakan Huruf Pegon
  5. Kidungan (Do'a-Do'a) - sekumpulan do'a-do'a atau mantra-mantra yang dibaca dengan nada khas, sama seperti halnya do'a lain ditujukan kepada Tuhan bagi pemeluknya masing-masing yang berjumlah 7 kitab, ditulis menggunakan Aksara Jawa dan Bahasa  Jawa
  6. Primbon (Ramalan-Ramalan) - berupa kitab untuk membaca gelagat alam semesta untuk memprediksi kejadian. ditulis menggunakan Aksara Jawa dan Bahasa Jawa


 

HARI RAYA

Berikut adalah hari-hari penting dalam Kejawen :

  1. Suran (Tahun Baru 1 Sura).
  2. Sepasaran (upacara kelahiran)
  3. Mantennan (Pernikahan dengan segala upacaranya).
  4. Mangkat (Upacara Kematian) - Mengirim Do'a (Kanduri, Wirid, Ngaji) 7 Hari, 40 Hari, 100 Hari, 1000 Hari, 3000 Hari.
  5. Unggahan (Megeng Poso) - Tanggal 28 dan 29 Bulan Ruwah (Bulan Arwah) Yang digunakan untuk mengirim Do'a kepada yang telah mangkat (berangkat) terlebih dahulu, juga waktu Munjung (mengirim makanan lengkap nasi dan lauk kepada orang yang dituakan dalam keluarga) untuk mengikat silaturahmi.
  6. Megeng Sawal - Tanggal 29 dan 30 Bulan Poso, yang digunakan untuk mengirim Do'a kepada yang telah mangkat (berangkat) terlebih dahulu.
  7. Riadi Kupat (Hari Raya Kupat) - Tanggal 3, 4 dan 5 Bulan Sawal (Bagi orang tua yang ditinggalkan anaknya sebelum menikah).


Karena filsafat Kejawen juga beragama, hari besar agama juga merupakan hari penting bagi kejawen. Berikut ini adalah beberapa hari penting tambahan untuk kejawen muslim :

  1. Hari Raya Idul Fitri
  2. Hari Raya Idul Adha.
  3. Hari Raya Jum'at.
  4. Muludan (Maulid Kanjeng Nabi Muhammad, S.A.W.)
  5. Sekaten (Syahadatain)

 

SUMBER

Adi Nugroho, //ahmadsamantho.wordpress.com, Bombastis,  Iris Indonesia, kompasiana,  richyramadhani.blogspot.co.id, Spiritual, https://sabdalangit.wordpress.com,, Sasana Nuswantara, Wikipedia.,Kejawen, Filsafat, Tradisi dan Ritual

 

BACA JUGA, Klik di bawah ini :

  1.  Ajaran Kejawen
  2. Cakra sebagai Pusat Energi Spiritual
  3. Animisme, Dinamisme dan Sains
  4. Shambala, Ajaran Esoterik
  5. Energi dan Dinamisme
  6. Bhairawa Sekte Mistik

Belum ada Komentar untuk "KEJAWEN, ALIRAN, PUSTAKA SUCI DAN HARI RAYA"

Posting Komentar

Add