ZOROASTERISME, MASA KINI - 9


Perkembangan Zoroastrianisme Masa Kini
Meskipun Zoroatrianisme punya macam-macam elemen yang serupa dengan agama-agama Iran yang lebih lama, tak tampak tersebar luas di masa Zoroaster sendiri. Tapi, daerah tempat dia hidup kait-berkait bersama dengan Kekaisaran Persia di bawah Cyrus Yang Agung di pertengahan abad ke-16 SM pada saat matinya Zoroaster. Dalam masa dua abad kemudian, agama itu diterima oleh Raja-raja Persia dan memperoleh pengikut yang lumayan. Sesudah Kekaisaran Persia ditaklukkan oleh Alexander Yang Agung di akhir pertengahan abad ke-4 SM, agama Zoroaster mengalami kemunduran deras. Tapi, akhirnya orang-orang Persia memperoleh kemerdekaannya kembali, pengaruh Hellenistis merosot, dan ada semacam kebangkitan kembali Agama Zoroaster. Di masa dinasti Sassanid (226 – 651 M) agama Zoroaster diterima sebagai agama resmi negeri Persia.
Sesudah ditaklukkan Arab di abad ke-7 M, sebagian besar penduduk Persia lambat laun memeluk agama Islam (dalam beberapa hal dengan kekerasan, walau pada prinsipnya kaum Muslimin punya sikap toleran kepada agama lain). Sekitar abad ke-10, sebagian sisa penganut agama Zoroaster lari dari Iran ke Hormuz, sebuah pulau di teluk Persia. Dari sana mereka atau turunannya pergi ke India tempat mereka mendirikan semacam koloni. Orang Hindu menyebut mereka Parsees karena asal mereka dari Persia. Kini ada sekitar l00.000 lebih kelompok Parsees di India, umumnya tinggal di dekat kota Bombay tempat mereka membentuk suatu kelompok kehidupan masyarakat yang makmur. Zoroastrianisme tak pernah melenyap seluruhnya di Iran; hanya sekitar 20.000 penganut masih ada di negeri itu.
Kini, di dunia penganut Zoroaster lebih sedikit jumlahnya ketimbang kaum Mormon maupun Christian Scientists. Tapi, Mormonisme dan Christian Science tumbuhnya belum lama; dilihat dari perjalanan sejarah, jumlah keseluruhan pengikut Zoroaster jauh lebih besar.
Lebih dari itu, Zoroatrianisme telah memberi pengaruh kepada agama-agama lain, seperti Yudaisme dan Nasrani. Bahkan, pengaruhnya yang lebih besar kentara pada Manichaeisme, agama yang didirikan oleh Mani, yang mengambil oper ide Zoroaster tentang pertentangan antara roh baik dan roh jahat dan mengembangkannya menjadi agama yang kompleks dan bersifat memaksa. Untuk sementara waktu kepercayaan baru yang ia dirikan merupakan agama besar dunia, walaupun kemudian punah
Zoroastrianisme tidak menekankan pentingnya konversi. Mereka berusaha mempertahankan agamanya sebagai agama yang khas dalam komunitas mereka. Akan tetapi, mereka tetap membuka peluang bagi siapa saja yang hendak menjadi penganut Zoroastrianisme. 


 Zoroaster
Tujuan Zoroastrianisme.
Tujuan  dari  Zoroastrianisme adalah untuk memperoleh tempat di surga , dimana jiwa akan bersama-sama dengan Tuhan yang disebut Ahura Mazda, untuk mendapatkan berkahnya untuk selamanya.


Jalan Untuk Mencapai Tujuan
Dalam Gathas, Zoroaster melihat kondisi manusia sebagai perjuangan mental antara Asa (kebenaran) dan druj (kebohongan). Konsep kardinal Asa-yang sangat bernuansa dan hanya samar-samar diterjemahkan-adalah pada bagian fondasi dari semua ajaran Zoroaster, termasuk dari Ahura Mazda  (yang ASA), penciptaan (yaitu Asa), eksistensi (yaitu Asa) dan sebagai kondisi.
Tujuan dari manusia, seperti bahwa dari semua ciptaan lainnya, adalah untuk mempertahankan Asa. Untuk manusia, ini terjadi melalui partisipasi aktif dalam kehidupan dan pelaksanaan pemikiran konstruktif, kata-kata dan perbuatan.
Unsur filsafat dari Zoroaster memasuki Barat dan mempengaruhi  Yudaisme dan Platonisme Tengah dan telah diidentifikasi sebagai salah satu peristiwa kunci awal dalam perkembangan filsafat]. Di antara para filsuf Yunani klasik, Heraclitus sering disebut sebagai terinspirasi oleh cara berfikir Zoroaster.

Setiap roh manusia setelah kehidupan dunia ini akan bergentayangan selama tiga hari di dekat jasadnya. Pada hari keempat, roh menghadapi pengadilan di atas “Jembatan Pembalasan” yang dijaga oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim dan bertugas menimbang perbuatan baik buruk manusia. Apabila baik roh tersebut langsung menuju surga. Apabila buruk akan dimasukkan ke neraka. Apabila timbangannya seimbang maka roh tersebut di bawa ke tempat yang bernama Hamestagan atau tempat campuran.
Proses pencapaian ke surga bagi jiwa yang baik bergerak dalam 3 tahap ;
  1. Cahaya: bintang (stars),
  2. Bulan (the moon) dan
  3. Matahari (The Sun).
Begitupun dengan kejahatan digambarkan dengan kegelapan. Jelaslah bahwa konsep ini berpengaruh dalam agama monoteistik selanjutnya. Kepercayaan terhadap hari pembalasan menjadi salah satu titik tolak etika dalam semua agama. Entah modelnya surga-neraka atau reinkarnasi.
Zoroastrianisme tidak menekankan pentingnya konversi. Mereka berusaha mempertahankan agamanya sebagai agama yang khas dalam komunitas mereka. Akan tetapi, mereka tetap membuka peluang bagi siapa saja yang hendak menjadi penganut Zoroastrianisme. Sepanjang abad 20 , banyak orang-orang penganut Zoroastrianisme yang menetap di Iran dan India melakukan migrasi ke negara-negara lain. Kini, komunitas Zoroastrianisme dapat ditemukan di kota-kota besar seperti London, New York, Chicago, Boston dan Los Angeles. dan telah hidup berbaur dengan komunitas-komunitas beragama lain.

Artikel selanjutnya :
......... bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin berlandaskan dharma............ Kelompok Roh dengan spektrum kuning tak lain adalah Roh-Roh pemula. Mereka menggunakan kehidupan mereka untuk bersenang-senang, mengejar uang, ambisi, status dan reputasi ............. Spinoza dianggap sebagai salah seorang filsuf Barat modern yang terbesar. Filsafatnya tentang Tuhan hampir mirip dengan dengan pandangan Hindu, yang disebut Pantheisme (pan = segalanya; theis = Tuhan). Ia memahami Tuhan mengejawantah di dalam hukum-hukum alam, yang di dalam Hindu disebut Rta yang mengatur alam dan karma yang mengatur perbuatan manusia..........

Compiled : Drs IDP Sedana MBA.
(Dari Berbagai Sumber)

BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI :

Belum ada Komentar untuk "ZOROASTERISME, MASA KINI - 9"

Posting Komentar

Add